Tulisan ini terpaksa saya buat di masa-masa kritis pengerjaan tugas akhir, sebagai penyemangat dan pengingat "Kenapa saya bisa sampai tahap ini?".
فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذ
"Nikmat tuhanmu yang mana engkau dustakan". Tidak hanya satu atau dua atau tiga kali kalimat tersebut tercantum di satu surat, namun 31 kali. Masya Allah .. sellau diseru untuk bersyukur di setiap waktu, seperti saat ini.
Saya anak pertama dari empat bersaudara. Sampai umur 24, saya mengganggap hidup saya tidaklah mudah. Sebagai anak pertama ada beban berat, should be the best. Meskipun kata saudara, merekalah yang terbebani agar sebaik saya, dan saya yang lebih disayang karena menjadi kebanggaan. Sungguh, tidak mudah menjadi hal itu .. (klarifikasi buat saudari2 ku ^^).
Menjalani tahun di TK, menjadi idola papan menengah (bukan papan atas). Masuk SD, enam tahun dijalani, selalu masuk rangking 1 atau 2. Lomba cerdas cermat, baris berbaris, paduan suara dan qosaidahan :)). Semuanya harus sempurna, saya harus mendapat pujian .... . Target saya, saya senang menjadi pusat perhatian. Sampai saya akhirnya bisa meraih NEM tertinggi di sekolah, nomor 4 satu kotamadya, dan nilai Ebtanas IPA terbaik ke dua se Jawa Timur (tanpa bibel, tanpa primagama). Wuaaaaaa .... dan ternyata saya hanya minta hadian Es Cream ke orang tua ...
Kadang hadiah yang kita minta, bisa mendadak turun kualifikasi ketika nikmatnya mencapai prestasi melebihi segalanya. Sampai sekarang saya nyesel, kenapa ga minta dibelikan rumah. wakakaka.
Sayang sungguh sayang, saya lupa kalo jaman keemasan yang saya harus tempuh masih ada 3 tahun SMP, 3 tahun SMA, 4 tahun perguruan tinggi. Saya masih butuh usaha keras selama itu ... dan selepas SD saya lupa akan cita2 menjadi Insiyur Pertanian ... yang akhirnya cita2 saya hanyalah "dapat suami baik, cukup materi dunia, selamat dunia dan akherat". Kurva Tuntutan kesempurnaan turun drastis. Kebosanan merajalela. Tidak ikut pelajaran sekolah (sudah sering sekali). Bahkan sering ke Danau Sarangan saat jam sekolah, sendirian dan berbekal uang 10.000 saja pulang pergi. Bangga .... ? ya jelas banggalah. cos masih bisa selamat tidak dipaksa dijadikan istri supir angkot karena cuman bisa bayar 2000 dari sekitar 7000 jasa colt dari danau sarangan sampai terminal magetan. (sluman slumun slamet).
Naik gunung sendirian adalah hal tergila yang saya lakukan. Bukan untuk mencari wangsit, pesugihan ... tapi nyari "bintang di atas langit". Dan memang Masya Allah, Allahu Akbar, indahnya ... lebih indah daripada gambar2 di National Geographic.
Jaman Kuliah??? jangan tanya ... kurvanya tambah melorot, malah hilang kadangkali. Alih-alih Kuliah seharusnya dipakai buat bikin relasi ke dosen dan rekan di lab, yang ada malah bikin relasi ke penjual nasi gudeg, penjual batik di bringharjo, operator warnet, tukang parkir, sampai penjual nasi rames di deket pondok pesantren krapyak sambil refreshing ^^.
IPK sebenarnya nyaris semua ... . Pengalaman mencari pekerjaan, membolak-balik halaman lowongan di Kedaulatan Rakyat selama setahun. Daftar PNS daerah yang gagal karena persyaratan kurang (setitik). Inilah alasan saya agak antipati daftar PNS di Kab/Kota. Disamping kehendak besar agar segera meringankan beban orang tua, jalan dan kerja apapun akan saya pilih. Dan akhirnya saya nangkring di warnet ... sebagai operator.
MAlu?? ada sedikit (banyak dink :p). Tapi syukurlah, warnet inilah awal saya menyadari bahwa memulai suatu usaha adalah pekerjaan keras, usaha keras . Meskipun saya lebih senang ngurus keuangan, belanja konsumsi daripada ngurus kabel dan komputer (which is sesuai pendidikan saya), saya sangat menikmatinya (sangat2 menikmatinya). Kurva kesempuranaan saya tiba2 naik. Meskipun tidak di dunia pendidikan lagi, tapi ternyata kesempurnaan itu bisa saya praktekkan di tempat kerja saya, "Ngatur Rumah Tangga di Warnet". Saya terobsesi akan kebersihan, mouse miring jadi masalah buat saya. Boss kecil naruh botol sembarang, saya ngomel2. Duh, saya senang mengatur hal-hal simple seperti itu. Warnet selalu cling, sampe belanja bulanan untuk beli cling agak tidak masuk akal. Bersihkan kamar mandi? jangan tanya, setiap ada yang masuk KM, habis itu selalu saya semprot pake karbol.
Saya sangat menikmatinya, sampai di suatu kesadaran ... bahwa sampai kapan saya begini ... . Melanjutkan cita2 saya, akhirnya saya berdoa dan sholat malam meminta jodoh yg baik. Agak memaksa Allah SWT memang. Sekali berdoa saja bisa 1 jam-an sampai berderai air mata, belum diitung berkali-kali sholatnya. hahahaha. Tapi Alhamdulillah, jodoh datang dari secarik kertas ... daftar nama anggota presentasi. Sambil ngulang kuliah, skripsi ... jalan sampai akhirnya saya wisuda dan esoknya melangsungkan pernikahan. Berumah tangga ... obsebsi
selanjutnya.
Sunggu masa itu tiada terbesit saya harus melanjutkan pendidikan. Saya mencintai dunia pendidikan ... saya menjadi saya ketika harus berpikir dengan jalan pikiran saya. benar atau salah ada dosen yang menilai. Tapi sensasi menebak nebak nilai dan jawaban adalah indahnya kuliah. Sampai ... sampai saya diberi rejeki oleh Allah SWT. Saya sebenaranya berat meninggalkan rekan rekan di kantor. Pekerjaan numpuk, dll. Tapi dengan rekomendasi atasan "Ybs pasti akan mendapat hasil yang memuaskan", saya jadi wuzzz semangat. Orang tua saja tidak pernah muji saya kek gitu di depan saya. Dan inilah cita-cita saya, inilah obsesi saya... KULIAH S2 (GRATIIIIISSSS LAGEEE). Mumpung ada jalan, mumpung ada selo ... mumpung ...
Saya bersemangat sekali, sangking semangatnya saya lupa saya juga ibu rumah tangga dan istri ... anak keteteran belajarnya, belum bisa baca apalagi hapal surat dengan benar. Suami jadi tembem dengan efek samping sering pusing2 karena pola makan yg tidak bener. awal semester saya cermelang (menurut saya). Hasil yang sebenarnya tidak saya duga. Kurva kesempurnaan saya naik drastis. Tapi ternyata semakin saya berusaha keras semakin saya tersiksa dengan tuntutan kesempurnaan saya. Saya stress, sering tidak bisa tidur, jantung sering berdebar kencang, sesak nafas ... . Saya kembali melihat semuanya ... saya tidak bisa memilih menjadi ibu, istri atau mahasiwa. Itu adalah satu paket pilihan yang harus saya terima. Saya tidak bisa mengutamakan satu kesempurnaan namun mengorbankan yang lain. Saya banting setir ... saya mencoba menikmati proses, tidak terlalu sakit hati jika dapat nilai B. Akhirnya saya bisa lebih tenang, sesak nafas sudah tidak ada lagi. Rasa cemas, was was bahkan saat sholat sudah hilang.
Alhamdulillah ... tesis dengan banyak kemudahan pembiayayan. Setidaknya saya harus berusaha bangkit dari kemalasan, harus ada sedikit saja (sedikit lohhh) yang dikorbankan agar segera selesai. Segera mengabdi kepada negara (menjadi insan abdi yang benar moral dan akhlak).
Menulis ini membuat saya sadar, ... semua proses kehidupan adalah indah, meskipun ada beberapa yang tidak sesuai harapan.
Berusaha mengulang ikhtiar mustajab saat minta jodoh, saya sedang berusaha meminta kepada Allah SWT, otak jenius (dengan tiba2), walaupun dikasihNYA cuman 2 bulan saja. Saya sadar saya bukan orang pintar, nilai baik selama ini hanyalah dari intensnya membaca sana dan sini. Saya butuh otak pintar dan cerdas agar sekali ngetik saya bisa dapat 4 paragraf hanya untuk satu solusi. Agar saya tidak perlu baca sana dan sini hanya untuk 1 solusi, makan waktu banyak, dan tambah tidak terarah.
Ternyata bisa juga memandang kesulitan saya dengan tawa. Menuangkan penat tidak harus pergi ke Enggris, atau ke singapore, atau ke malaysia, atau ke pantai. Simple, tulisan membuat saya bisa menelaah kesalahan dan apa yang seharusnya saya akan lakukan.
So, tangan sudah lemas buat ngetik, mari lanjut. Demi kontrakan rumah yang segera habis masa sewanya ... :D
Sekali lagi,
"Nikmat tuhanmu yang mana engkau dustakan" .. Love Allah SWT
Komentar