Sekali...dua kali...
Menurutku, aku sudah menangkap basah dirimu memandangiku. Sejak kejadian menitipkan handphone tadi sore, perasaanku seperti ada yang salah.
Semoga salah, karena ini di luar rencana. Rencanaku adalah untuk berlibur bukan untuk menemukan sesuatu yang sudah lama hilang di hati. Tidak...tidak. Masih betah dengan hitam putihnya hati, belum siap menerima aneka warna di hati.
Sudah malas lagi bergelut dengan perasaan suka duka oleh cinta. Tangisnya itu yang membuat jengah dan capek fisik batin. Nila setitik rusaklah air susu sebelanga. Yes, manisnya cinta tidak terasa kalau sudah sekali tersakiti. Egois memang. Ini masih harus belajar terus. Belajar mengerti, memahami dan memaafkan.Meskipun di lubuk hati ini, tak ingin selamanya sendirian. Sudah akan melewati angka 35 tahun.
Bagiku cinta itu seperti buah simalakama. Disatu sisi manis, disatu sisi lainnya pahit. Setiap kali gagal selalu berulang sakitnya...Mungkin belum bertemu yang tepat, begitu hiburku. Dan move on sekarang seperti menjadi sahabat setiaku.
'Han..yuk jalan2 keliling kota', ajak teman2ku. Tanpa sadar mata ini mencari sosoknya yang tadi kulihat beranjak pergi. 'Kemana perginya bocah itu', aku bertanya tanya. 'Ayooook...buruan', hardik temanku.
'Ndak..saya ada acara. Kalian duluan', jawabku. Dan teman2 pergi meninggalkan aku.
Lemas badan ini terhuyung kembali ke kursi. Inilah yang kusuka. Perasaan mencari sesuatu yang manis tapi sedikit asam. Menantang jiwaku.
Eits...jangan dengan dia...tidak...sekali lagi tidak. Dia bukan untukku, aku tahu itu. Di jarinya sudah melingkar cincin pertunangan. Tepatnya 6 bulan yang lalu.
Dia tidak setampan pendahulu2 yang pernah bersanding denganku. Tapi secara fisik dia membuat aku..merasa nyaman berada di sampingnya. Matanya sendu, tak pernah melihat matanya berapi2 atau sebaliknya sedih sampai menangis.
Level...sedang. Sayu dan teduh. Dan anehnya, berada di sampingnya aku merasa menjadi jinak. Emosi dan amarah menjadi terkontrol bahkan hilang seketika. Meskipun hanya dua kali terlibat proyek denganya, kurang lebih setahun yang lalu. Tapi untuk mewarnai hati, belum terpikir.
Saat merenung, sekelebat melihat sosoknya berjalan. Otomatis tubuh ini beranjak dari kursi, mendorong kasar meja lalu mengejar mencari sosoknya di temaram sudut restauran. Seakan tak ingin kehilangannya.
- bersambung -
Komentar