Langsung ke konten utama

Bagian 1. Mencari Warna

Sekali...dua kali...
Menurutku, aku sudah menangkap basah dirimu memandangiku. Sejak kejadian menitipkan handphone tadi sore, perasaanku seperti ada yang salah.
Semoga salah, karena ini di luar rencana. Rencanaku adalah untuk berlibur bukan untuk menemukan sesuatu yang sudah lama hilang di hati. Tidak...tidak. Masih betah dengan hitam putihnya hati, belum siap menerima aneka warna di hati.
Sudah malas lagi bergelut dengan perasaan suka duka oleh cinta. Tangisnya itu yang membuat jengah dan capek fisik batin. Nila setitik rusaklah air susu sebelanga. Yes, manisnya cinta tidak terasa kalau sudah sekali tersakiti. Egois memang. Ini masih harus belajar terus. Belajar mengerti, memahami dan memaafkan.Meskipun di lubuk hati ini, tak ingin selamanya sendirian. Sudah akan melewati angka 35 tahun.

Bagiku cinta itu seperti buah simalakama. Disatu sisi manis, disatu sisi lainnya pahit. Setiap kali gagal selalu berulang sakitnya...Mungkin belum bertemu yang tepat, begitu hiburku. Dan move on sekarang seperti menjadi sahabat setiaku.
'Han..yuk jalan2 keliling kota', ajak teman2ku. Tanpa sadar mata ini mencari sosoknya yang tadi kulihat beranjak pergi. 'Kemana perginya bocah itu', aku bertanya tanya. 'Ayooook...buruan', hardik temanku. 
'Ndak..saya ada acara. Kalian duluan', jawabku. Dan teman2 pergi meninggalkan aku.

Lemas badan ini terhuyung kembali ke kursi. Inilah yang kusuka. Perasaan mencari sesuatu yang manis tapi sedikit asam. Menantang jiwaku. 
Eits...jangan dengan dia...tidak...sekali lagi tidak. Dia bukan untukku, aku tahu itu. Di jarinya sudah melingkar cincin pertunangan. Tepatnya 6 bulan yang lalu.

Dia tidak setampan pendahulu2 yang pernah bersanding denganku. Tapi secara fisik dia membuat aku..merasa nyaman berada di sampingnya. Matanya sendu, tak pernah melihat matanya berapi2 atau sebaliknya sedih sampai menangis. 
Level...sedang. Sayu dan teduh. Dan anehnya, berada di sampingnya aku merasa menjadi jinak. Emosi dan amarah menjadi terkontrol bahkan hilang seketika. Meskipun hanya dua kali terlibat proyek denganya, kurang lebih setahun yang lalu. Tapi untuk mewarnai hati, belum terpikir.

Saat merenung, sekelebat melihat sosoknya berjalan. Otomatis tubuh ini beranjak dari kursi, mendorong kasar meja lalu mengejar mencari sosoknya di temaram sudut restauran. Seakan tak ingin kehilangannya.
- bersambung -

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pindah PNS (Sebelum Waktu-nya)

Kantor Akhir 2007 saya diterima kerja sebagai Calon PNS BPOM. Apa itu BPOM ? (Badan Pengawas Obat dan Makanan). Dulunya adalah Direktorat Jendal dari Departemen Kesehatan, Mirip Bea Cukai yang masih Direktorat Jendralnya Departemen Keuangan. Saya langsung kerja awal tahun 2008, boyongan dari Mataram-NTB ke Jakarta, karena saya ditempatkan di BPOM (Pusat), tepatnya di Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan. Disini saya adalah komputer di sarang Apoteker ^ ^. Keseharian saya mengatur data tentang perusahaan Obat dan Makanan serta kerjaan Administratif lainnya. Bagaimana Awalnya? Suami adalah seorang wiraswata, tentunya ada maju dan mundur, jatuh dan bangun. Karena wiraswasta, jadi lebih fleksibel untuk mengikuti saya pindah kerja. Awalnya okay-okay saja, lalu sampai pada titik "kita tidak cocok tinggal di Jakarta". Dengan pertimbangan ingin berbakti kepada Orang Tua suami (secara suami anak pertama), akhirnya suami ngelamar dan diterima kerja sebagai PNS juga di Mataram. ...

Pilihan ...

  Malam itu ... hujan deras sedari jam 7 malam. Sempat berhenti sejenak sesudah adzan magrib. Sesudah sholat, mengayuh sepeda ke tempat les persiapan ujian EBTANAS SMA. Pak Eko, guru yang memiliki keterbatasan fisik, tapi tidak dengan otak, visi, keteguhan, kesabarannya. Hujan masih deras menghantam genting rumah pak Eko. Hampir menujukkan pukul 10 malam. "Duh, bisa marah besar pulang selarut ini". "Pak saya pamit ya, takut Bapak marah saya pulang kemalaman". "Telfon saja, masih hujan ini". "Ndak apa2 pak, sekalian mandi" "Duluan yak, Assalamualaikum...". Mengambil sepeda, menerobos hujan super lebat. Jalanan super sepi, duet angin menderu dan irama hujan sempat membuat merinding. Jujur, takut juga. Terpikir besok ganti jam les, karena musim hujan, takut terulang lagi seperti ini. Menerobos malam adalah hal biasa, tapi kombinasi hujan dengan angin menderu, rasanya tak mampu. Daya pandang yang terbatas, jalan sepi. Takut. Ditambah ada pe...

“Berhemat dengan Legundi di Hari Raya – Bunda Bahagia, Anak tetap Senang”

Keputusan pulkam Lebaran ke Malang tahun ini memang terkesan mendadak. Diantara kerinduan pulkam karena setahun sebelumnya belum diberikan kesempatan serta perhitungan budget untuk renovasi rumah, akhirnya sepakat menggunakan KMP Legundi. Malam Selasa langsung memutuskan pulkam ke Jawa setelah membaca berita di website koran lokal bahwa ada keberangkatan kapal Legundi di hari Rabu esoknya. Sebelumnya berencana naik pesawat di hari H Lebaran dan berdiskusi tentang kemungkinan balik Mataram naik kapal bersama anak semata wayang - Oza.   Oza sendiri antusias mendengar liburan menggunakan kapal laut. Selain alasan “baru pertama kali”, Oza merasa lebih aman karena bekal kemampuan renang yang dikuasainya. Mengertilah maksud saya …^^ Alhasil packing barangpun mendadak, dimulai malam jam 11 sampai menjelang dini hari. Tak lupa mencari tambahan informasi dari internet khusunya di http://www.indonesiaferry.co.id    tentang reservasi tiket KMP Legundi. Perasaan was-was lum...