Langsung ke konten utama

Bagian 2. Tak Kuasa Menolak Pesona

Sampai di pintu keluar restauran hotel, sosoknya benar-benar menghilang.
Syukurlah, aku tak menemukan dia, hiburku.
Di mulut berusaha bersyukur, tapi di hati ingin menemukan meski hanya melihat punggung tegapnya. Kembali terduduk lemas, sambil berpikir keras.
Puzle puzle memori berkelebat ke sana ke mari. Saling bermunculan kemudian tenggelam lagi. Menari nari tanpa irama penggiring. Mana yang kusuka itulah yang kunikmati, yang tidak kusuka kuletakkan di ruang memori yang lain, tersembunyi.
Seperti halnya ketika tangan saling berjabat dan mengucapkan 'Semoga dilancarkan menuju pelaminan ya Jaya'.
Mendesah kemudian mengulum senyum sinis. 'Membuang buang tenaga dan pikiran', hardikku pada diriku sendiri.
Seharusnya aku menikmati malam ini. Malam di kota penuh kenangan. Kota Mantan Yang Berhati Nyaman.
Kuputuskan untuk menggunakan kakiku agar lebih bermanfaat malam ini. Tidak mengapa sendirian, sembari mengingat masa lalu. Itu lebih baik, daripada berharap pada masa depan yang belum jelas. Apalagi masa depan bersama Jaya. Sesuatu yang jelas jelas tidak akan terjadi. Setengah yakin setengah berharap agar terjadi sebaliknya. Dasar plin plan.
Tak terasa kaki sudah melangkah menjauh dari hotel Melia. Tujuan pertama gudeg permata. Selain lapar, saya rindu gudeg basahnya.
Sepanjang perjalanan berusaha menyibukkan pikiran. Toleh kanan kiri. Warung Nasgor Ba2 masih buka ternyata dan masih ramai pengunjung. Teringat bersama 'kenangan 3 (sebutan sopan untuk mantan)' diselamatkan oleh penjualnya, dan disarankan makan nasi goreng sapi di daerah stadion kridosono.
Sampai di depan progo, teringat kembali 'kenangan 2', sopir pribadi sekaligus kuli angkut gratisan. Dan tak terasa sudah sampai di perempatan jalan hotel Limaran.
Tenggelam kepada kenangan itu manis. Lebih kepada mentertawakan kebodohan. Seandainya aljabar lebih menarik hati, sudah pasti saat ini aku sedang menikmati musim dingin dan bermain salju. Mimpiku.
Dan tiba2 sosok yang sejenak kulupakan tadi muncul. Bukan muncul di ingatan, namun berdiri tegap di depanku, dibawah sorot lampu jalanan perempatan hotel Limaran. Kami saling berpandangan tanpa ada kata. Wujudnya berdiri diam mematung. Raut wajahnya terpahat tegas dan tampan. Pesona fisiknya terungkap perlahan tapi pasti. Sorot matanya hangat seakan menawarkan diri mengisi ruang hati yang kosong. Tak mau kalah dengannya, akupun ikut mematung. Kaki ini bergetar, namun tak bisa mengalahkan getaran hati yang tak karuan. Dia diam memandang begitu pula aku. Beberapa detik, entah, menit malah.
Di tengah suasana bak drama korea, keheningan dan kebekuan suasana dipecahkan oleh gelak tawa yang tak asing. Bukan satu, tapi banyak. 'Haniii...loe ngapain disini. Tadi diajak ga mau.... Ikut yuk. Mau nyari gudeg ni.'
Dan dalam hati, ingin rasanya menghunus pisau pada sahabat setiaku itu. Kenapa harus sekarang? Kau tak tahu berharganya moment kebekuan tadi. Arghhh.
Jaya melewatiku dengan tenang tanpa kata, seperti biasa. Seolah aku tak mengenal dirinya yang sesaat lalu. Dengan sisa kekuatan hati dan tumit kaki yang masih berasa lemas, aku berjalan berlahan. Menyebrangi zebra cross perempatan. Ragaku berjalan, tapi entah dengan pikiranku.
Dan doaku terkabul. Berjalan melihat punggung tegapnya. Penyesalan dan rasa syukur bercampur menjadi satu.
- bersambung -

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pindah PNS (Sebelum Waktu-nya)

Kantor Akhir 2007 saya diterima kerja sebagai Calon PNS BPOM. Apa itu BPOM ? (Badan Pengawas Obat dan Makanan). Dulunya adalah Direktorat Jendal dari Departemen Kesehatan, Mirip Bea Cukai yang masih Direktorat Jendralnya Departemen Keuangan. Saya langsung kerja awal tahun 2008, boyongan dari Mataram-NTB ke Jakarta, karena saya ditempatkan di BPOM (Pusat), tepatnya di Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan. Disini saya adalah komputer di sarang Apoteker ^ ^. Keseharian saya mengatur data tentang perusahaan Obat dan Makanan serta kerjaan Administratif lainnya. Bagaimana Awalnya? Suami adalah seorang wiraswata, tentunya ada maju dan mundur, jatuh dan bangun. Karena wiraswasta, jadi lebih fleksibel untuk mengikuti saya pindah kerja. Awalnya okay-okay saja, lalu sampai pada titik "kita tidak cocok tinggal di Jakarta". Dengan pertimbangan ingin berbakti kepada Orang Tua suami (secara suami anak pertama), akhirnya suami ngelamar dan diterima kerja sebagai PNS juga di Mataram. ...

Pilihan ...

  Malam itu ... hujan deras sedari jam 7 malam. Sempat berhenti sejenak sesudah adzan magrib. Sesudah sholat, mengayuh sepeda ke tempat les persiapan ujian EBTANAS SMA. Pak Eko, guru yang memiliki keterbatasan fisik, tapi tidak dengan otak, visi, keteguhan, kesabarannya. Hujan masih deras menghantam genting rumah pak Eko. Hampir menujukkan pukul 10 malam. "Duh, bisa marah besar pulang selarut ini". "Pak saya pamit ya, takut Bapak marah saya pulang kemalaman". "Telfon saja, masih hujan ini". "Ndak apa2 pak, sekalian mandi" "Duluan yak, Assalamualaikum...". Mengambil sepeda, menerobos hujan super lebat. Jalanan super sepi, duet angin menderu dan irama hujan sempat membuat merinding. Jujur, takut juga. Terpikir besok ganti jam les, karena musim hujan, takut terulang lagi seperti ini. Menerobos malam adalah hal biasa, tapi kombinasi hujan dengan angin menderu, rasanya tak mampu. Daya pandang yang terbatas, jalan sepi. Takut. Ditambah ada pe...

“Berhemat dengan Legundi di Hari Raya – Bunda Bahagia, Anak tetap Senang”

Keputusan pulkam Lebaran ke Malang tahun ini memang terkesan mendadak. Diantara kerinduan pulkam karena setahun sebelumnya belum diberikan kesempatan serta perhitungan budget untuk renovasi rumah, akhirnya sepakat menggunakan KMP Legundi. Malam Selasa langsung memutuskan pulkam ke Jawa setelah membaca berita di website koran lokal bahwa ada keberangkatan kapal Legundi di hari Rabu esoknya. Sebelumnya berencana naik pesawat di hari H Lebaran dan berdiskusi tentang kemungkinan balik Mataram naik kapal bersama anak semata wayang - Oza.   Oza sendiri antusias mendengar liburan menggunakan kapal laut. Selain alasan “baru pertama kali”, Oza merasa lebih aman karena bekal kemampuan renang yang dikuasainya. Mengertilah maksud saya …^^ Alhasil packing barangpun mendadak, dimulai malam jam 11 sampai menjelang dini hari. Tak lupa mencari tambahan informasi dari internet khusunya di http://www.indonesiaferry.co.id    tentang reservasi tiket KMP Legundi. Perasaan was-was lum...