Langsung ke konten utama

Bagian 3. Menambatkan Jangkar Hati

“Ayo … kalau berani nyusul ke sini”. “Disana pasti membosankan. Sitting and listening, ordinary activities”, tak lupa kutambahkan icon “ngikik”.

“Yup, its boring here” ketik Jaya. “Hm … tidak menyesal?” Jaya bertanya.
“Menyesal kenapa?”, tanyaku.
“Kalau aku benar-benar menyusulmu ke Surabaya?” lanjut Jaya.
“It's OK. Kan mengunjungi teman”, dalam hatiku sebenarnya berbunga-bunga. Niat, meskipun besar kemungkinan tidak terjadi, pada akhirnya tetap berhasil membuat paru-paruku berkembang terisi udara kebahagiaan.

“Bagaimana jika satu-satunya alasanku menyusulmu ke Surabaya karena ingin bertemu denganmu” balas Jaya.

Handphone hampir terlepas dari genggaman, kursi tak sanggup menahan gejolak hati yang tiba-tiba tak karuan hingga hampir terjatuh. Untungnya di seminar kali ini aku duduk di bagian belakang. Tak banyak yang memperhatikan betapa memerahnya wajahku membaca pesan Jaya.

“Are you ok?” ketik jaya dengan jeda sekitar 2 menit.
“Im not ok. Kamu gila Hani, lebih-lebih kamu Jaya” bantinku mencoba kembali lagi ke dunia nyata. Tapi yang terketik olehku.. “Yes i'm ok. It’s the most romantic way to said it” “Aku ingin bertemu denganmu", tanganku lemas. Sesaat aku protes, kenapa jawabanku malah mengundang maut.

Satu menit kemudian muncul pesan baru dari Jaya, “Boleh bertanya sesuatu?”
“Silahkan” Jawabku kembali tenang.
“Kenapa kamu mematung saat bertatap muka dengaku waktu di Jogja dulu? Sejak saat itu dirimu selalu tertunduk tidak mau melihatku” … lanjut Jaya.

Bimbang menggelanyuti pikiranku. Meskipun janur kuning belum melengkung, etiskah aku jujur mengungkapkan perasaanku saat statusnya “telah bertunangan dengan wanita lain”. Tapi, hanya dia satu-satunya alasanku bisa bertahan di kantor. Melihat dirinya setiap hari adalah energi positif. Dekat dengannya, aku menjadi diriku, diriku yang tenang. Selama ini dia adalah rahasia terindah di hatiku. Telah berkali-kali aku mencoba membuang sosoknya dari pikiran dan hatiku, tapi tidak pernah berhasil. Ataukah aku harus membiarkan sosoknya bersemanyam di tempat yang seharusnya, berkembang atau layu nantinya biarlah takdir yang menentukan.

“Aku malu mengakui bahwa aku nyaman di dekatmu. Hanya itu satu-satunya cara menyembunyikannya” aku menjawabnya penuh dengan kehati-hatian, jangan sampai yang terjadi adalah “bang … zonk … ini hanya permainan”.

“Aku telah lama merasakannya setiap kali kita berdekatan. Awalnya saya ragu, tapi kejadian di Jogja memberiku kepastian akan perasaan mbak Hani”, aku membaca pesannya dalam kebisuan ruangan rapat yang hingar bingar karena telah masuk waktu coffe break.

“Are you ok, if someday our relationship growing become love? And with other women beside me?”, ketik Jaya, “Yes I have feelings for you” ungkapnya. Pesan terakhir membuatku tak bisa berkata-kata.

Ya, aku mendapatkan balasan perasaanku yang selama ini aku tunggu-tunggu, tapi aku sadar, aku hanya bagian “sementara” dalam hatinya. Suatu saat aku harus rela melepasnya jika waktu nya tiba. Tidak ada protes, tidak ada sakit dan tidak ada tangis. Siapkah diriku melaluinya kelak?

Sangat berat membalas kata-katanya, saat aku jatuh cinta padanya, yang aku tahu aku tak bisa memiliki seutuhnya seperti pasangan yang lain. Aku tak kuasa menolak datangnya perasaan ini, semakin aku tolak semakin menyakitkan. Biarlah takdir mengambil perannya dalam kisah cintaku kali ini.

“Yes, I want to be your favorite place to go, in a bad and a good day”, … ketikku dengan hati yang berdebar-debar. Tanpa menunggu jeda lama, tiba-tiba telefon berdering. Di layar handphone muncul kontak “Jaya-Kantor”. Bergegas aku keluar ruangan.

“Hai, are you fine? Cause im not. I want to see you” … suara Jaya menyapaku. Suara yang aku rindu beberapa hari terakhir ini.

-bersambung-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pindah PNS (Sebelum Waktu-nya)

Kantor Akhir 2007 saya diterima kerja sebagai Calon PNS BPOM. Apa itu BPOM ? (Badan Pengawas Obat dan Makanan). Dulunya adalah Direktorat Jendal dari Departemen Kesehatan, Mirip Bea Cukai yang masih Direktorat Jendralnya Departemen Keuangan. Saya langsung kerja awal tahun 2008, boyongan dari Mataram-NTB ke Jakarta, karena saya ditempatkan di BPOM (Pusat), tepatnya di Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan. Disini saya adalah komputer di sarang Apoteker ^ ^. Keseharian saya mengatur data tentang perusahaan Obat dan Makanan serta kerjaan Administratif lainnya. Bagaimana Awalnya? Suami adalah seorang wiraswata, tentunya ada maju dan mundur, jatuh dan bangun. Karena wiraswasta, jadi lebih fleksibel untuk mengikuti saya pindah kerja. Awalnya okay-okay saja, lalu sampai pada titik "kita tidak cocok tinggal di Jakarta". Dengan pertimbangan ingin berbakti kepada Orang Tua suami (secara suami anak pertama), akhirnya suami ngelamar dan diterima kerja sebagai PNS juga di Mataram. ...

Pilihan ...

  Malam itu ... hujan deras sedari jam 7 malam. Sempat berhenti sejenak sesudah adzan magrib. Sesudah sholat, mengayuh sepeda ke tempat les persiapan ujian EBTANAS SMA. Pak Eko, guru yang memiliki keterbatasan fisik, tapi tidak dengan otak, visi, keteguhan, kesabarannya. Hujan masih deras menghantam genting rumah pak Eko. Hampir menujukkan pukul 10 malam. "Duh, bisa marah besar pulang selarut ini". "Pak saya pamit ya, takut Bapak marah saya pulang kemalaman". "Telfon saja, masih hujan ini". "Ndak apa2 pak, sekalian mandi" "Duluan yak, Assalamualaikum...". Mengambil sepeda, menerobos hujan super lebat. Jalanan super sepi, duet angin menderu dan irama hujan sempat membuat merinding. Jujur, takut juga. Terpikir besok ganti jam les, karena musim hujan, takut terulang lagi seperti ini. Menerobos malam adalah hal biasa, tapi kombinasi hujan dengan angin menderu, rasanya tak mampu. Daya pandang yang terbatas, jalan sepi. Takut. Ditambah ada pe...

“Berhemat dengan Legundi di Hari Raya – Bunda Bahagia, Anak tetap Senang”

Keputusan pulkam Lebaran ke Malang tahun ini memang terkesan mendadak. Diantara kerinduan pulkam karena setahun sebelumnya belum diberikan kesempatan serta perhitungan budget untuk renovasi rumah, akhirnya sepakat menggunakan KMP Legundi. Malam Selasa langsung memutuskan pulkam ke Jawa setelah membaca berita di website koran lokal bahwa ada keberangkatan kapal Legundi di hari Rabu esoknya. Sebelumnya berencana naik pesawat di hari H Lebaran dan berdiskusi tentang kemungkinan balik Mataram naik kapal bersama anak semata wayang - Oza.   Oza sendiri antusias mendengar liburan menggunakan kapal laut. Selain alasan “baru pertama kali”, Oza merasa lebih aman karena bekal kemampuan renang yang dikuasainya. Mengertilah maksud saya …^^ Alhasil packing barangpun mendadak, dimulai malam jam 11 sampai menjelang dini hari. Tak lupa mencari tambahan informasi dari internet khusunya di http://www.indonesiaferry.co.id    tentang reservasi tiket KMP Legundi. Perasaan was-was lum...